Padi adalah tanaman pangan yang sangat penting karena dari pohon padi akan menghasilkan beras yang akan menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia dan berikut ini adalah sebuah cerita rakyat tentang asal mula munculnya pohon padi pertama kali yang berasal dari daerah Jawa Barat.
Pada zaman dahulu terdapat sebuah taman indah nan damai yang bernama Taman Sorga Loka. Ditempat tersebut berdiam seseorang yang bernama Sunan Ibu yang sedang menunggu kehadiran Dewi Sri Pohaci Long Kancana.
Dewi Sri melaporkan bahwa disuatu tempat di muka bumi yang bernama Buana Panca Tengah belum terdapat Cihaya berupa sesuatu kebutuhan hidup umat manusia".
Mendengar hal tersebut, Sunan Ibu memerintahkan agar Dewi Sri berangkat ke Buana Panca Tengah.
Dewi Sri tidaklah berkeberatan untuk berangkat ke Buana Panca Tengah asalkan kepergiannya ditemani Eyang Prabu Guruminda. Permohonan Dewi Sri pun dikabulkan oleh Sunan Ibu.
Sebelum berangkat meninggalkan Sorga Loka, Eyang Prabu Guruminda duduk bersemedi memohon petunjuk Hiang Dewanata.
Setelah selesai semedi dan memperoleh petunjuk, dengan kesaktian-nya maka hanya dalam waktu sekejap, wujud Dewi Sri berubah bentuk menjadi sebuah telur.
Setelah semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyang Guruminda mengiring Dewi Sri dengan tujuan Negara Buana Panca Tengah. Dewi Sri yang berwujud sebagai telur, disimpan dalam sebuah kotak bernama Cupu Gilang Kencana.
Prabu Guruminda setelah beberapa lama terbang ke setiap penjuru utara-selatan-barat-timur yang pada akhirnya pada suatu ketika Cupu Gilang Kencana terbuka dan telur di dalamnya pun terjatuhlah.
Sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, telur tersebut jatuh di suatu tempat yang mana tempat itu dihuni oleh Dewa Anta. Dewa Anta yang mengetahui di tempat bersemayam-nya ada telur kemudian mengambil telur tersebut.
Setelah beberapa waktu lamanya, telur tersebut menetas dan lahirlah seorang putri yang sangat cantik yang tiada lain adalah Dewi Sri.
Dalam kedewasaannya dengan paras yang sangat cantik, maka tersiar berita ke seluruh negeri akan kecantikan dan sang putri, dan berdatanganlah Raja-Raja kerajaan sekitar dengan maksud akan meminang sang putri untuk dijadikan permaisuri.
Dewi Sri memperoleh pinangan dari para Raja, tetapi Dewi Sri tidak merasa senang karena bila ia menerima pinangan berarti ia telah mengingkari tugas yang dibebankan kepadanya.
Kepada setiap Raja pun telah dijelaskan bahwa maksud kelahirannya itu bukan semata-mata untuk mencari bakal suami, namun untuk melaksanakan tugas dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk menganugerahkan CIHAYA kepada negara Buana Panca Tengah.
Namun, walaupun penjelasan telah disampaikan, pinangan terus-menerus berdatangan dan oleh karenanya pada akhirnya Dewi Sri menderita tekanan bathin dan jatuh sakit. Semakin lama, sakit yang di derita Dewi Sri semakin parah dan tibalah suatu saat Sang Putri menyampaikan amanat terakhir.
Bila tiba saat aku meninggal dan bila kelak aku sudah disemayamkan, akan terdapat suatu keanehan-keanehan pada pusaraku. Dan akhirnya dengan kehendak yang Maha Kuasa, Dewi Sri pun meninggal dunia.
Apa yang diamanatkan oleh Sang putri akhirnya menjadi kenyataan. Dikisahkan pada suatu hari, ada kakek-nenek yang sedang mencari kayu bakar dan sekedar mencari bahan makanan untuk bekal hidupnya berdua.
Suatu ketika kakek dan nenek mendapatkan sebuah pusara yang telah ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang belum pernah ditemui dan dilihatnya selama ini.
Pada bagian kepala tumbuh pohon kelapa, pada bagian tangan tumbuh pohon buah-buahan, pada bagian kaki tumbuh pohon ubi, sedangkan pada bagian perutnya tumbuh pohon aren (enau=gula) dan suatu tumbuhan lain yang sangat aneh dan belum pernah selama ini kakek dan nenek menemukannya, dan baru kali ini melihatnya yaitu serangkai tumbuhan berdaun bagus berbuah masih hijau berbulu bagus pula.
Maka muncul niat kakek-nenek untuk memelihara tumbuhan aneh tersebut dan dibersihkannya pusara dan sekitar tumbuhan tersebut. Demikian dari hari ke hari minggu ke minggu dengan penuh kesabaran dan ketekunan tumbuhan itu dipeliharanya.
Tak terasa waktu berjalan terus hingga menjelang bulan ke 5, buah yang hijau tadi telah penuh berisi, sehingga buah yang setangkai itu merunduk karena beratnya. Dengan penuh kesabaran dan keyakinan lagi pula ingin mengetahui sampai di mana dan apa sebenarnya tumbuhan yang aneh itu.
Setelah beberapa lama menjelang bulan ke 6 ditengoknya kembali tumbuhan tersebut dan ternyata butir-butir buah tadi berubah menjadi menguning dan sangat indah nampaknya.
Setelah itu keduanya termenung kemudian timbullah niat untuk memetiknya. Sebelum dipetik buah tadi dicicip terlebih dahulu dan ternyata isinya putih dan terasa manis. Kakek dan nenek menyiapkan dupa beserta apinya untuk membakar kemenyan untuk memohon izin kepada Hiang Widi.
Selesai upacara membakar kemenyan, ditebaslah tumbuhan yang dimaksud dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu karena pada tangkai yang dipotong tadi mengeluarkan cairan bening serta harum, namun bagi kakek dan nenek tidaklah menjadi penyesalan karena disadarinya bahwa kejadian ini sudah menjadi kehendak yang kuasa.
Namun timbul kemudian niatnya untuk menanamnya kembali, dan butir-butir buah tadi ditanamnya kembali sekitar pusara Dewi Sri. Keajaiban pun terjadi kembali karena dengan seketika itu pula butir-butir tadi tumbuh dan sudah berbuah kuning pula.
Kakek dan nenek langsung menebasnya dan seketika itu pulalah ditaburkannya butir-butir kuning itu demikian terus kejadian itu terulang sehingga terkumpullah ikatan butir-butir buah kuning banyak sekali.
Atas kejadian ini kakek dan nenek menjadi bingung karenanya, memperoleh hasil sangat berlimpah dalam waktu sekejap. Dari asal buah setangkai. Lagi pula apa yang mereka miliki belum tahu apa dan buah apa gerangan terlebih namanya pun belum ada.
Demikian, karena kakek dan nenek dalam kebingungan bahkan belum mendapat keputusan untuk memberinya nama. Sehingga tiba-tiba nenek mengusulkan bahwa berhubung kakek dan nenek selalu bingung tidak bisa mengambil keputusan dan sukar untuk memilih, yang dalam bahasa Sunda disebut paparelean, maka disebutlah buah itu dengan nama Pare (padi).
Demikianlah sebuah cerita legenda rakyat Jawa Barat mengenai asal muasal pohon padi dan juga tentang asal muasal Dewi Sri yang pengorbanan-nya begitu besar untuk memberikan tanaman pangan yang menjadi makanan pokok bangsa kita.